Infoselebes.com, Morowali– Kesabaran warga tiga desa di Kecamatan Bungku Barat yakni Ambunu, Tondo, dan Topogaro telah habis. Asap beracun dari smelter dan PLTU yang dikelola Baoshuo Taman Industri Investment Group (BTIIG) terus mengepung pemukiman, masuk ke rumah-rumah, dan mengancam kesehatan masyarakat. Tak hanya itu, tumpukan batu bara yang menggunung lebih tinggi dari rumah warga terus menyebarkan debu tanpa ada perlindungan.
"Kami sudah muak! Asap dari smelter dan PLTU setiap hari masuk ke rumah kami. Debu batubara beterbangan ke mana-mana, tanpa ada upaya sedikit pun dari BTIIG untuk melindungi kami! Mereka hanya peduli pada keuntungan, bukan nyawa manusia!" tegas Ramadan Annas, tokoh Pemuda Desa Ambunu yang juga Sekjen DPD Gerakan Rakyat (Gerak) Morowali, kepada Info Selebes, Selasa (1/4/2025).
Ancaman kesehatan ini bukan isapan jempol. Dengan polusi yang semakin menggila, warga di sekitar kawasan industri menghadapi risiko tinggi terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sayangnya, BTIIG justru berdiam diri, seolah-olah penderitaan warga tak ada artinya dibanding kepentingan bisnis mereka.
Masyarakat kini mengajukan lima tuntutan keras yang harus segera dipenuhi:
1. Relokasi Pemukiman yang Terancam – BTIIG wajib segera merelokasi warga yang tinggal di radius ekstrem dari smelter dan PLTU sebelum kondisi semakin memburuk.
2. Pemeriksaan Kesehatan Rutin – BTIIG harus secara berkala melakukan Medical Check-Up (MCU) bagi warga di zona merah dan bertanggung jawab atas semua warga yang terdampak ISPA.
3. Perlindungan Udara – Perusahaan wajib membangun sistem pelindung udara di sekitar tumpukan batubara agar debu beracun tidak terus mencemari lingkungan.
4. Kompensasi untuk Warga – Warga menuntut kompensasi atas dampak debu dan kebisingan yang sudah bertahun-tahun mereka derita.
5. Keamanan Jalan Tani – Penampungan batubara tidak boleh lagi mencaplok jalan tani di Desa Ambunu. BTIIG harus segera mencari solusi agar akses warga tidak terganggu.
Warga memperingatkan BTIIG agar tidak mengabaikan tuntutan ini. Jika perusahaan tetap keras kepala, mereka siap turun ke jalan dan menuntut hak mereka dengan cara yang lebih besar. "Kami tidak akan diam lagi! Nyawa kami bukan angka dalam laporan keuangan mereka!" Pungkas Ramadhan
Jika tidak segera ada solusi, koalisi masyarakat sipil lingkar industri akan menduduki PLTU dan Smelter BTIIG. Tutupnya Ramadan Annas.