Aksi teatrikal ini bertujuan untuk merefleksikan berbagai bentuk ketidakadilan yang belum terselesaikan di Indonesia. Ketua HIMASOS, Amerta, menyampaikan bahwa hingga peringatan Hari Keadilan Nasional ini, masih banyak kasus ketidakadilan yang terjadi, mulai dari pelanggaran HAM berat, konflik agraria, pencemaran lingkungan hidup, hingga pelecehan seksual di kampus.
“Kalau bicara soal Hari Keadilan, aksi kami hari ini bukan hanya tentang merayakan, tapi lebih pada merefleksikan ketidakadilan yang masih banyak terjadi. Contohnya, pelanggaran HAM masa lalu yang belum diselesaikan, kasus konflik agraria, pencemaran lingkungan, hingga pelecehan seksual yang masih marak,” ungkap Amerta.
Amerta juga menyoroti ketidakadilan dalam dunia pendidikan, terutama yang dialami oleh mahasiswa. Ia menyebut kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan mahalnya biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan penghasilan orang tua sebagai masalah yang perlu perhatian khusus.
“Ketidakadilan juga dekat dengan kehidupan mahasiswa, mulai dari kenaikan UKT dan mahalnya biaya pendidikan yang memberatkan rakyat. Ini menjadi perhatian khusus kami,” pungkasnya.
Aksi teatrikal HIMASOS ini diharapkan dapat menjadi suara bagi banyak orang yang masih merasakan ketidakadilan di berbagai aspek kehidupan. Mereka berharap pemerintah dan pihak terkait dapat segera menuntaskan berbagai kasus ketidakadilan yang ada.
Sofyan
