Infoselebes.com, Parimo - Sejumlah proyek penanganan bencana untuk prasarana sekolah di Sulawesi Tengah, yang dimulai pada tahun anggaran 2023, mengalami keterlambatan serius. Proyek ini meliputi wilayah Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Parigi Moutong.
Proyek yang dikelola oleh Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah di 10 titik sekolah dengan anggaran lebih dari Rp 34 miliar, dikerjakan oleh PT Andica Parsaktian Abadi. Salah satu sekolah yang terdampak adalah SDN Petapa di Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, yang sampai saat ini belum selesai dibangun, sehingga mengganggu proses belajar mengajar.
Kepala Sekolah SD Petapa, Erni S.Pd, menyatakan bahwa memasuki tahun ajaran baru, pihak sekolah terpaksa menggunakan beberapa gedung yang belum selesai dikerjakan oleh kontraktor. "Sebelum libur kemarin, kami sudah koordinasi dengan pekerja di lokasi untuk tahun ajaran baru nanti kami akan pakai gedung yang belum selesai guna proses pembelajaran. Meski sebagian besar siswa hanya bisa belajar di lantai. Kami bertanggung jawab atas keamanan dan kebersihan bangunan itu," ujar Erni saat dihubungi media pada Senin, (15/07/2024).
Erni juga mengungkapkan bahwa gedung baru tersebut tidak dilengkapi dengan meja dan kursi, sehingga pihak sekolah masih menggunakan sebagian sisa meja dan kursi lama yang diperbaiki kembali. "Kami berharap agar pekerjaan ini secepatnya diselesaikan, mengingat kegiatan belajar mengajar sudah dimulai kembali. Selama satu tahun lebih, kami harus melaksanakan pembelajaran di rumah-rumah atau di tempat ibadah," tambahnya.
Selain itu, Erni menekankan pentingnya penyelesaian pembangunan WC agar dapat digunakan oleh siswa dan tenaga pendidik, mengingat kebutuhan akan sanitasi dan air bersih sangat mendesak.
Di sisi lain, pelaksana proyek, Deka Simatupang, saat dikonfirmasi, mengatakan bahwa pekerjaan jendela, pintu dan paving blok akan segera dikerjakan. Namun, pekerjaan WC untuk sumur bor ditiadakan. "Pekerjaan saat ini masuk Addendum dengan target penyelesaian hingga pertengahan bulan Agustus," ujarnya.
Keterlambatan ini menambah beban bagi siswa dan guru yang sudah cukup lama berjuang dengan keterbatasan fasilitas. Pihak terkait diharapkan segera mengambil tindakan agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih baik dan layak.
**