Infoselebes.com. Morut - Massa yang tergabung dalam Front Solidaritas Pembela HAM (FAHAM) menggelar aksi damai di Kolonodale, Morowali Utara, Jumat (8/3/2024). Aksi ini digelar dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD).
Koordinator Lapangan Ernawati mengatakan hari perempuan Internasional merupakan momentum bagi perempuan sedunia untuk merayakan capaian-capaiannya di bidang ekonomi, politik dan budaya, serta pengakuan atas prestasi tanpa memandang asal suku, etnis maupun bangsa.
" Tidak sedikit kaum perempuan yang mampu bekerja, baik di rumah, kantor-kantor, maupun di pabrik-pabri, ia bisa menghasilkan banyak peran yang bermanfaat bagi orang lain. Ada pepatah yang mengatakan bahwa tanpa kaum perempuan, takkan ada bangsa manusia lahir," kata Korlap dalam orasinya.
Lanjut korlap, tidak jarang kaum perempuan disepelekan. Apalagi ketika perempuan menuntut hak-haknya, Negara tidak pernah hadir bersama mereka.Terkhusus bagi perempuan pembela HAM di Morowali Utara disekitaran lingkar pertambangan nikel dan perkebunan sawit skala besar, hak-hak mereka masih juga diabaikan.
" Salah satu provinsi yang menghasilkan nikel terbanyak di Indonesia yaitu Sulawesi Tengah, yang tersebar di dua kabupaten Morowali dan Morowali Utara. Sulawesi Tengah sendiri memiliki luas arela pertambangan nikel sebesar 115.397,37 ha. Tetapi rakyat Sulawesi Tengah makin dimiskinkan," sambung korlap.
Di Morowali Utara, khususnya di kecamatan Petasia dan Petasia timur, perusahaan pertambangan sangat menguasai ruang baik daratan maupun perairan (sungai dan laut).
Dalam sebuat studi yang dilakukan oleh Yayasan Tanah Merdeka (YTM), banyak perusahaan tambang beserta kontraktornya melakukan aktivitas eksploitasi nikel. Masyarakat di sekitarnya di Desa Tanauge, Tompira, dan Towara tidak dipenuhi hak-haknya seperti transparansi dokumen AMDAL, saat pembebasan lahan terjadi banyak warga mengeluh tidak diberikan ganti rugi yang adil, tidak diberikannya penerangan seperti di Tanauge.
Samsir