PALU, infoselebes.com- Seakan tak pernah berhenti menyuarakan keadilan agraria. Serikat Petani Petasia Timur Kabupaten Morowali Utara (Morut) kembali melakukan aksi demontrasi di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kantor Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), senin (20/3/2023).
" Aksi ini adalah bentuk keprihatinan terhadap situasi konflik agraria antara petani dan PT ANA yang tak kunjung ada penyelesaian," kata Korlap Moh Said.
Menurutnya, konflik struktural yang berkepanjangan antara petani dan perusahaan perkebunan sawit dibawah bendera Astra Agro Lestari tersebut, berdampak pada intimidasi bahkan pemenjaraan bagi para petani yang mempertahankan lahannya.
" Dua orang petani kakak beradik berakhir dibalik jeruji besi, karena dituduh mencuri buah sawit diatas lahannya sendiri," tutur Said.
" Pasca pemenjaraan dua petani tersebut, justru pengerahan aparat personil brimob lebih masif diareal perusahaan," sambungnya.
Sehingganya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) diharapkan mampu bekerja secepatnya dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Apalagi sebelumnya tim provinsi sudah dibentuk.
Sementara itu, Koordinator Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS), Eva Bande menjelaskan, eskalasi konflik agraria struktural di Sulteng semakin meningkat.
Hampir ditiap daerah yang terdapat investasi pertambangan dan perkebunan sawit skala besar terus menyisahkan berbagai problem ekonomi, sosial dan lingkungan.
" Tak jarang berimbas pada penangkapan, pemenjaraan hingga kehilangan nyawa bagi para petani karena mempertahankan lahannya," ungkapnya.
Disisi lain, perempuan yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai tokoh pejuang agraria itu mengatakan, pemerintah terkesan lamban dalam menyelesaikan konflik agraria. Sehingganya membuat petani makin tersingkir dari sandaran hidupnya akibat akumulasi dan ekspansi perusahaan besar dengan kekuatan modalnya.
Samsir